Persimpangan Terakhir
Apa yang aku dapat darimu selain dekap kecewa?
Apa yang kau dapat dariku selain perih luka?
Ucap-ucap kita beku pada gigil siang
Asa-asa kita kaku pada sunyi petang
Tapi, kita memilih untuk tetap satu meski tak pernah temu
sama
Derap langkah kaki perpisahan kadang membayangi
Tapi untunglah, rekat lengan pertemuan belum pernah gagal
mengusirnya
Lidah-lidah kita kelu dimakan ngengat waktu
Jemari-jemari kita remuk digilas kuasa malu
Satu sudut di dalam sana
Pada kedalaman ruang anganku
Masih ada namamu yang terbujur hampir tak bernyawa
Menanti satu pasti dengan digerogoti rayap-rayap jemu
Lantas, apa kabar ruang milikmu?
Apakah namaku juga dalam sakit yang sama?
Ataukah, dia telah dulu lebih lama meregang nyawa?
Pada remang pendar rembulan di gelap malam
Kita pernah berbicara perihal nasib masing-masing rasa
Jika aku tak salah, aku melihat telagamu tumpah
Mengiringi tiap kata yang kau ucap dengan makna yang entah
Dan itu, membuatku semakin akrab dengan harap yang mulai
lelah
Kasih, aku mungkin telah sampai pada persimpangan kita
Mungkinkah, kita bisa menapaki jalan yang sama?
Ataukah, pada persimpangan ini—adalah terakhir kalinya kita
akrab dengan jumpa?
Pada satu kecup di rekah bibir, kuselipkan pesan untuk
tuannya
Bahwa kita telah temu akhir
Dan, kini tiba pada kita
Masa-masa merayakan sepi, bersama
Komentar
Posting Komentar