[Fiksi] - Sebuah Wisata Impian

Aku tengah berdiri di depan kelas, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh wali kelasku. Saat yang menjemukan, menyebalkan, dan pada saat-saat seperti inilah aku membenci ayah sekaligus mengasihani keadaan keluargaku. Hanya karena kami tidak mempunyai cukup uang untuk membayar keikutsertaanku dalam kunjungan wisata yang diadakan untuk kelasku, maka aku terjebak dalam keadaan ini.
Tempo lalu ayah memang telah berjanji bahwa aku bisa ikut pada acara itu, asalkan aku bisa mendapatkan nilai yang bagus dalam ujian kenaikan kelas. Ujian telah aku lewati dengan baik, dengan nilai yang sangat tidak mengecewakan satu makhluk pun—tapi janji ayah hanyalah sebuah janji. Sebelum berangkat sekolah tadi pagi, dia memanggilku dan mengatakan bahwa dia tidak mempunyai uang untuk membayar uang pendaftaran kunjungan wisataku, kemudian aku mengiakan permintaan maafnya tanpa pikir panjang dan tanpa protes satu kata pun.
Aku memberikan alasan kepada wali kelasku bahwa aku tidak bisa ikut kunjungan wisata karena aku harus pergi ke rumah keluarga yang tengah sakit, aku harus menjenguknya—ya, begitulah kira-kira ajaran ayahku untuk membuat kebohongan jika aku ditanya alasan kenapa aku tidak bisa ikut. Wali kelasku adalah seorang teman lama ayah, dia hanya diam saat aku menyampaikan alasanku, dan setelah beberapa saat, dia menarikku untuk lebih dekat dengannya. Aku mendekat. Dia tersenyum lembut ke arahku sembari berkata, “kamu akan tetap ikut kunjungan itu, bapak akan membayar uang pendaftaran dan memberimu uang saku untuk ikut serta,” setelah dia selesai mengatakan apa yang ingin dia katakan, dia membimbing tanganku dan meletakkannya pada alat kelaminnya. Aku masih diam, mencoba mencerna semua hal yang baru saja terjadi dengan begitu cepat.
Dan, pada akhirnya aku membalas senyum sosok yang umurnya tak jauh lebih muda dari ayahku, aku bahagia, paling tidak aku bisa ikut dalam kunjungan wisata yang telah lama aku impikan.

---

Komentar