[Ulasan Buku] - Call From an Angel

Judul: Call From an Angel (L’Appel de L’Ange) | Penerbit: Spring
Penulis: Guillaume Musso | Penyunting: Selsa Chintya
Jumlah Hlm.: 432 hlm | Cetakan pertama, Oktober 2017
ISBN: 978-602-6682-08-6 | Rating Buku: 4/5

“Kau seperti tersesat dalam sudut gelap jiwamu. Kalau kau benar-benar ingin merasa lebih baik, kau harus menyingkirkan hantu masa lalu yang terus membebanimu” (Halaman 198)

Di New York, tanpa sengaja ponsel Madeline dan Jonathan tertukar. Saat mereka menyadari kesalahan tersebut, mereka sudah terpisah hampir sepuluh ribu kilometer. Madeline adalah seorang floris di Paris, sedangkan Jonathan memiliki restoran di San Fransisco.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi keduanya untuk menyerah pada godaan dan menulusuri ponsel masing-masing. Namun, itu malah menguak sebuah rahasia yang ingin mereka berdua kubur selamanya. Sebuah rahasia yang bisa membunuh mereka berdua.

“Kekacauan macam apa yang baru saja kumasuki? Dalam darahku paling tidak ada dua gram alkohol, pistol, dan sekantong penuh kokain tersimpan di laci mobil, dan seorang gadis kecil sedang duduk di dekatku.” (Halaman 208)

Call From an Angel—adalah novel yang ditulis oleh Guillaume Musso pada tahun 2011, dengan judul asli L’Appel de L’Ange. Novel ini merupakan novel kedua yang saya baca dari Musso, novel sebelumnya yang saya baca dari Musso adalah The Girl on Paper. Jika dibandingkan dengan The Girl on Paper, kedua novel ini memiliki kesamaan-kesamaan yang khas dari Musso, salah satunya adalah kutipan dari tokoh-tokoh dunia yang selalu dibubuhkan pada tiap awal bab—sama persis dengan yang ada di The Girl on Paper. Selain itu, tentu saja dengan pemilihan kata Musso yang sangat aduhai, jadi meski novel ini beralur sedikit lambat, tidak mengurangi minat baca.

Novel ini bercerita mengenai pertemuan tak sengaja yang terjadi kepada Jonathan dan Madeline di sebuah bandara. Keduanya sama-sama sibuk dengan kehidupan mereka berdua, berkutat dengan ponsel dan tak begitu peduli dengan apa yang terjadi di luar diri mereka. Semesta mempertemukan mereka pada satu detik yang tak pernah mereka kira, bertabrakan, dan saling melemparkan umpatan. Di tengah kesibukan bandara JFK, pertemuan yang terjadi pada mereka berdua bukanlah sesuatu yang diinginkan.

Lalu, apa yang akan kita lakukan jika mengetahui bahwa ponsel kita—benda yang pada dekade ini sudah merupakan belahan jiwa dan tidak bisa dipisahkan dari kita—tertukar dengan milik orang lain? Suatu kebetulan yang tak diinginkan inilah yang mengawali hubungan ajaib antara Jonathan dan Madeline. Keduanya tinggal di dua negara yang berbeda, Jonathan, seorang Prancis yang menetap di California, dan Madeline, seorang wanita muda Inggris yang bertempat tinggal di Prancis.

Mereka mempunyai kehidupan yang sama sekali berbeda. Jonathan adalah seorang chef kenamaan, dan Madeline adalah seorang floris yang mempunyai toko bunga di jalan Delambre di kota Paris. Namun, ada satu kesamaan yang pada nantinya akan kita ketahui di setengah bagian terakhir novel—yakni, mengenai berdamai dengan masa lalu, keduanya mempunyai satu urusan yang belum selesai yang ingin mereka lupakan, tetapi akan tetap menjadi bagian dari hidup mereka.

“Kenangan terus membanjiri pikiranku, membuatku menggigil.” (Halaman 226)

Pada awalnya mereka berkeinginan untuk langsung mengirimkan ponsel ke pemiliknya masing-masing, akan tetapi, sekali lagi semesta nampaknya juga ingin menunda hal itu. Hingga akhirnya sebuah ikatan, ketertarikan, dan rasa yang sulit diterjemahkan terikat di antara mereka berdua tanpa bisa mereka kendalikan.

Salah satu hal yang saya sukai dari buku ini adalah Musso senantiasa mengenalkan kita dengan daftar lagu yang didengarkan oleh para tokoh yang ia ciptakan. Jika di novel The Girl on Paper kita dikenalkan dengan nama-nama penulis, maka di novel ini kita dikenalkan dengan macam-macam jenis makanan dan teknik pembuatan makanan yang sebelumnya belum pernah kita ketahui.

Seperti yang dikatakan oleh Musso pada sebuah interview, bahwa dia ingin membuat sesuatu yang sedikit baru dan berbeda di novelnya ini. Jika pada novel-novel sebelumnya Musso memang sudah bergelut dengan kisah misteri dibalut dengan sebuah keromantisan, kali ini ia ingin membuat seseutu yang lebih serius, yakni dunia investigasi, yang tentu saja masih tetap dibalut pada sebuah keromantisan antar tokoh. 

Bagaimana bisa? Seorang chef dan seorang floris berjibaku dengan dunia investigasi? Lalu, bagaimana sebuah kisah romantis juga dikatakan oleh Musso sebagai sebuah cerita yang menegangkan? Novel ini termasuk pada jajaran novel yang tidak ingin kita tinggalkan meski kita telah selesai melahap semua kata yang ada di dalamnya. Cukup penasaran dengan ramuan baru yang diciptakan Musso? Maka, luangkan cukup waktumu untuk mengikuti hubungan ajaib antara Jonathan dan Madeline.

“Tahun-tahun terbaik dalam hidup kita adalah tahun-tahun yang belum kita alami.” (Halaman 426)


Selamat Membaca ^^


Hal yang Tidak Ingin Kalian Lewatkan
Pada rangkain blogtour yang diadakan oleh Penerbit Spring, teman pembaca mempunyai kesempatan untuk mendapatkan satu eksemplar novel Call From an Angel pada akhir blogtour yang diadakan di akun instagram Penerbit Spring. Jadi pastikan teman pembaca sudah mengikuti akun @penerbitspring ya, karena detail giveaway akan dijelaskan lebih lengkap di akun @penerbitspring. Sebagai salah satu langkah awal untuk lebih dekat untuk mendapatkan novel Call From an Angel, teman pembaca bisa mengikuti rangkaian blogtour di bawah ini…



Semoga Beruntung!

Komentar

  1. Cuma satu eksemplar saja ya yg dibagikan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak.
      Masing-masing ada 1 buku untuk novel Hate List dan Call From an Angel...

      Hapus

Posting Komentar