[Bukan Puisi] - Kita?
Ke mana perginya jemari itu?
Yang dulu kerap mencari tanganku untuk mendekap tubuhnya,
Ke mana perginya tangan itu?
Yang pernah tanpa alpa menarikku untuk bisa berjalan sejajar dengan si
empunya?
Tak ada lagi senyum kesederhanaan yang dulu kuagungkan
Tak ada lagi suara syahdu yang dulu selalu aku ingin dengar
Malam
Telah
Luluh
Lantah
Pada
Abai
Yang
Tak
Kau
Ingatkah?
Bahwa perempuan yang sering kau tangiskan ini, adalah perempuan yang sama
dengan perempuan yang kerap membesarkan hatimu,
Dengan keadaanmu, dengan pengakuanmu, perempuan ini menerima tanpa ragu
Tuan, pernahkah nama perempuan ini kau selipkan dalam bait-bait
bahagiamu?
Ataukah, namanya hanya hidup dalam potongan-potongan lara sarat dengan
segala tangis yang kau bangun tanpa jemu?
Perempuanmu hanyalah perempuan
Dengan segala kerumitan yang dia pun sendiri tak dapat mengartikan siapa
dirinya
Dia seorang pengembara, sama denganmu, dan yang lainnya
Tak jarang ia jatuh pada langkah yang salah
Tak jarang ia patah pada hal-hal yang entah
Bukankah ucapan selamat tinggal adalah perayaan puncak untuk sebuah kata
yang berarti “kita”?
Kurasa
Ia
Komentar
Posting Komentar