[Resensi Film] - #TemanTapiMenikah (2018), Friendzone Itu Sakit, Jenderal!


Sumber: 21Cineplex

Sutradara: Rako Prijanto | Produser: HB Naveen, Frederica
Penulis: Johanna Wattimena, Upi | Based on: Novel #TemanTapiMenikah
Pemeran: Adipati Dolken, Vanesha Prescilla, Cut Beby Tsabina, Refal Hadi, Sarah Sechan (Cameo role), Iqbaal Ramadhan (Cameo role), Ridwan Kamil (Cameo role)
Rumah Produksi: Falcon Pictures | Tanggal Rilis: 28 Maret 2018
Durasi: 102 menit | Genre: Drama | Rating: R 13+ | Score: 4/5


#TEMANTAPIMENIKAH—adalah film yang diangkat dari novel bestseller yang ditulis oleh Ayudia Bing Slamet, yang memang cerita dari novel ini berangkat dari kisah pertemanan mereka yang berujung pada acara ijab kabul. Jika dilihat dari premisnya, memang tidak ada yang spesial dari film ini, terkesan klise karena saking seringnya kita mendengar, membaca, melihat, atau bahkan mengalami sendiri apa yang diceritakan dari film ini. Dari film televisi, sinetron, atau mungkin juga film layar lebar lainnya telah mengangkat tema yang sama dengan film #TemanTapiMenikah. Tapi tentu saja, meskipun sama, #TemanTapiMenikah menawarkan hal lain yang bukan merupakan hal baru, namun berhasil dikemas dan dieksekusi dengan apik oleh Rako Prijanto.

Berkisah mengenai sepasang sahabat—Ditto (Adipati Dolken) dan Ayu (Vanesha Prescilla)—yang ending-nya sudah kita ketahui semua, yakni happy ending karena mereka akhirnya menikah. Tapi bisa juga dibilang sad ending bagi karakter Rifnu yang sudah punya niat serius dan memboyong keluarga besarnya ke rumah Ayu untuk melamarnya, dan hal ini mengingatkan saya pada salah satu film bollywood, Kuch Kuch Hota Hai, di mana Aman mesti mengalah kepada Rahul dan menyerahkan Anjali kepada Rahul, dan bonus merelakan resepsi pernikahan yang seharusnya untuknya malah diperuntukan kepada orang lain—bagai dua sisi koin, cerita-cerita seperti ini merupakan happy ending bagi satu pihak namun kehancuran bagi pihak lainnya, meski diceritakan mereka legawa, toh siapa coba yang ikhlas kalau diposisikan seperti mereka?

Seperti film-film drama romance komedi lainnya, #TemanTapiMenikah adalah sebuah film yang light dengan konflik yang tidak begitu digali sehingga emosi sepanjang film bisa dibilang mulus tanpa hambatan seperti jalan tol, namun ini bukan masalah yang harus diributkan karena menurut saya film-film seperti ini selalu mempunyai tempat bagi peminat film di seluruh penjuru dunia. Jika sebelumnya ada DILAN 1990, yang juga terkesan light dan datar, marilah kita menengok film-film produksi hollywood yang bisa dibilang serupa dengan kedua film yang telah saya sebutkan, sebut saja How to Be Single (2016), Friend with Benefits (2011), Who Gets the Dog (2016), dan banyak film lainnya yang memang dikemas secara ringan tanpa melibatkan proses berpikir untuk menonton dan memang bertujuan untuk menghibur. Karena memang tujuan untuk menonton film ya untuk mencari hiburan, bukan begitu?

Yang Membuat Harus Menonton #TemanTapiMenikah

Sumber: Official Instagram #TemanTapiMenikah

#TEMANTAPIMENIKAH, bukan film yang meledak-ledak, dan meskipun pada saat-saat yang harusnya melibatkan air mata pun, jadi terkesan biasa. Padahal, ketika scene di mana Ayu bimbang untuk memilih antara Ditto atau Rifnu, dan ada scene flashback yang memperlihatkan emosi-emosi tersembunyi Ayu dibalik ‘cie’ yang diberikan kepada Ditto ketika Ditto bersama cewek lain, ditambah lagi dengan backsound yang mengiringi, yakni lagu dari Endah n Rhesa—harusnya menjadi porsi combo pada bagian itu.

Kesan biasa saja pada jalan cerita ini menjadi tidak biasa dan terkesan ‘wah’ jika kita menilik opening scene #TemanTapiMenikah. Dengan color yang terkesan warm, dengan pengambilan gambar yang ciamik dan permainan ansambel yang melibatkan gelas, mesin espreso, hentakan kaki Ditto, dan semua komponen yang diambil secara menyeluruh, #TemanTapiMenikah berhasil mencuri perhatian saya. Jika dibilang cinta pada padangan pertama, nah, hal ini saya rasakan pada film ini. Dari opening scene, insight bahwa saya akan menyukai film ini segera muncul.

Selain itu, yang berhasil mencuri perhatian dari film ini adalah bagaimana perkembangan akting dari Vanesha, bukan ingin membandingkan antara Milea atau pun Ayu, toh saya juga suka dengan film DILAN, akan tetapi perkembangan yang cukup baik dari Vanseha dalam melakonkan diri sebagai Ayu ini memang cukup memuaskan. Vanesha sebagai Ayu lebih hidup, lebih menarik, lebih lucu, dan tak hanya sekadar cantik, meski memang tak bisa dipungkiri bahwa ekspresi Vanesha masih terlampau datar, belum bisa memberikan efek emosional bagi penonton. Lain lagi dengan Adipati Dolken, aktor muda ini seperti biasa bermain dengan apik, bahkan jika kita mengikuti youtube channel dari Ayudia Bing Slamet, dari sana kita bisa mengetahui bahwa Adipati yang akrab disapa dengan panggilan Dodot ini benar-benar berlatih bermain perkusi, atau bahasa lainnya les secara privat dan intensif dengan Ditto secara langsung—sebuah bentuk totalitas sebagai aktor untuk memberikan suguhan tak mengecewakan bagi para penonton dan penggemarnya.

Selain dua karakter sentral yang berperan dengan baik dan chemistry yang tak perlu diragukan lagi ini, #TemanTapiMenikah menyuguhkan daftar soundtrack yang pas di ruang dengar penonton, bahkan beberapa lagu memang diciptakan dan dinyanyikan secara langsung baik oleh Ditto atau pun Ayudia. Dan tentu saja, ada beberapa lagu yang menjadi andalan seperti, Dengarkan Dia yang dinyanyikan oleh Ayudia, Hello You yang dibawakan oleh Iqbaal, Forget Jakarta dari Adhitia Sofyan, dan tentu saja Melupakanmu yang merupakan salah lagu lagu favorit saya dari Endah n Resha. Penasaran? Makanya nonton!

Bagai sayur tanpa garam jika film-film seperti ini tidak menyuguhkan unsur komedi, ya, #TemanTapiMenikah mengusung unsur komedi yang di-deliver secara bagus oleh karakter Ditto. Salah satu scene favorit saya adalah ketika Ditto pertama kali manggung sebagai personel band sekolah, dia mati-matian mencuri perhatian Ayu yang hanya fokus pada Darma yang pada saat itu menjadi kekasihnya—asli, scene ini kocak. Atau scene ketika Ditto melamar Ayu di pinggir kolam renang, maksud Ditto yang ingin romantis malah jadi dagelan karena kotak cincinnya kosong. Nah loh! Ke mana perginya si cincin? Makanya Nonton. Hehe.
               
Yang Light Nggak Selalu Minim Pesan

Sumber: Official Instagram #TemanTapiMenikah


Dari skala 1 sampai 10, unsur keseriusan film in hanya berkisar di angka 3 atau 4, karena memang bukan film serius seperti film-film biopik, sebut saja Kartini (2017), Rudy Habibie (2016), The Imitation Game (2014), atau Queen of Katwe (2016), dsb. Tapi karena mengingat film ini berdasarkan kisah nyata, jadi tentu saja cerita yang disampaikan pada film ini adalah hal krusial yang dialami oleh Ditto dan Ayudia pada masanya.

Namun, tak harus menjadi serius untuk menyampaikan pesan baik, bukan begitu? Menurut penangkapan saya di sepanjang film, film ini menyampaikan kepada penonton bahwa jika kita menginginkan suatu hal, kita harus serius, harus berjuang untuk mendapatkannya. Seperti ketika Ditto berniat membeli motor atau mobil, yang ia beli dengan tabungannya karena ingin membuat Ayu bangga terhadap dirinya.

Selain itu, film ini juga memberikan insight kepada para manusia-manusia yang terjebak dalam ikatan nestapa namun asik dan sarat dengan makan hati, yakni friendzone—bahwa kita mesti memperhitungkan dengan pasti jika ingin mengajak teman untuk mengubah status dari cleavage (istilah Ditto untuk Ayu bagi hidupnya) menjadi soulmate.

Baiklah, kesan saya mengenai film #TemanTapiMenikah adalah saya menyukai film ini dan tak ragu jika harus menontonnya untuk kedua kalinya, atau ketiga kalinya, keempat kalinya, dan berkali-kali, asalkan ditraktir.


SELAMAT MENONTON!

Komentar

Posting Komentar