Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

[Fiksi] Bintang di Mimpiku

Hei, ada yang beda dengan malam ini, langit kota Jakarta nampak lebih hitam dari malam-malam biasanya. Dengan jelas, bintang-bintang terlihat lebih terang--dan banyak. Milky way  yang biasanya tak pernah sekalipun aku temui, malam ini bahkan terlihat dengan sangat jelas. Aku meyakinkan diri bahwa aku tengah di bawah langit Jakarta, bukan sedang di kampungku atau kota lainnya. Tapi memang benar, aku sungguh-sungguh ada di bawah langit kota yang selama ini menjadi atap tempat tinggalku. Aku tak pandai dengan ilmu perbintangan, namun aku tau dengan pasti bahwa malam ini banyak sekali gugus bintang yang terlihat. Nampaknya ini adalah malam yang sangat langka--sangat. Yang mungkin saja hanya terjadi berpuluh-puluh tahun sekali, seabad sekali, atau bahkan seumur hidup sekali, ya benar--ini hanya terjadi seumur hidupmu sekali. Bayangkan saja, selama aku di Jakarta, baru kali ini aku melihat bintang yang sebegitu banyaknya di langit Jakarta. Tapi tunggu dulu, ada yang berubah. Lihat. Binta

[Fiksi] - Hello Morning #1

Aku berjalan menyusuri koridor yang lengang, langkahku agak gontai dan tergesa. Hanya dengan berbalut piama aku saat ini berada di sebuah rumah sakit, aku menuju ruang operasi di mana salah satu orang yang kukenal baik tengah terbaring dan memperjuangkan nyawanya. Aku melayangkan tatap ke segala penjuru di sekitaran ruang yang saat ini tertutup rapat itu, satu sosok yang tak asing lagi olehku terlihat duduk terkulai lemas. Bergegas aku menghampirinya. Tepat di depanku, dia menengadahkan wajahnya. Tanpa harus mengeluarkan satu kata yang bisa ia suarakan, aku paham betul apa yang saat ini ia pikirkan. Wajah yang telah sekian lama aku kenal itu nampak berbeda dari biasanya, sosok yang kukenal tegar dan tak pernah menghilangkan tawa dari wajahnya, kini seperti wujud yang sangat tak keruan. Kedua matanya sembab dengan menyimpan kesedihan tiada berdasar, air matanya nampak belum kering di kedua pipinya, bibirnya bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi hanya berakhir di keringnya

[Bukan Puisi] - Bolehkah...

Boleh, aku pinjam bahu kekasihmu? Tak akan lama, hanya beberapa saat saja Saat segala dekap pilu terasa lebih baik Maka, aku akan mengembalikannya kepadamu * Boleh, aku pinjam tangan kekasihmu? Pun tak akan lama, hanya sebentar saja Saat segala kerinduan pada belai mulai membaik Aku akan menyerahkannya kepadamu ** Bolehkah lagi aku meminjam kekasihmu? Namun, ini akan sedikit lebih lama Saat segala sepi yang telah lama bergelayut manja pada lengan kehidupanku mulai jenuh menggandengku Maka, akan kukembalikan dia kepadamu—segera ***

Untukmu, darimu

Untukmu, Kemilau terindah di antara para embun fajar Di matamu terpancar cahaya rumah Di mulutmu terkandung kata yang tersirat bunda Di darahmu mengalir doa-doa yang air Untukmu, Pemberi sayap-sayap peri Jadilah musuh yang paling aku benci Jadilah teman yang paling aku butuhkan Meski bendera dari api mengibarkan keagungannya Tetaplah hormat pada sucinya tali kasih Mawar yang merekah adalah kamu Senja yang terindah adalah senyum ikhlasmu Perempuanku, Denganmu aku bahagia Denganmu semua ceria Perempuanku, Jangan serahkan urusanku padaku Sendiri By: Seorang terkasih Adalah sebuah simpai aksara yang dituliskan seorang terkasih yang saat ini menjadi tempat berpulang segala rindu yang aku titipkan kepada Sang Boreas. Padanya masih berotasi segala harap, doa, dan ingin yang kian hari semakin membuncah tak tahu diri. Dan padanya, segenap usia yang tersisa ingin kutujukan hanya untuknya--tak lain.