Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Untitled #1

"Seorang Ibu di tahan karena melakukan penganiayaan kepada anaknya" Aku tak tahu sudah berapa kali berita itu muncul akhir-akhir ini Dunia sudah makin gila nampaknya Anak yang ia kandung kemudian di bunuh Anak yang dulu diharapkan kelahirannya kemudian di nikmati tubuhnya Anak yang dulu di timang kemudian di jual untuk bayar hutang keluarga Dunia Ya, selamat datang ke dunia yang makin buta akan arti kewarasan Selamat bergabung bersama mereka orang-orang yang telah hilang akal ~iyasCoveRy ---------------- credit by : Rumah Puisi

Sajak Jalanan

"Om, lapar Om..." Kata itu mengalir deras dari mulut-mulut kecil Mengetuk sebuah kaca mobil, lagi, dan lagi Masih dengan kalimat yang sama "Om, lapar Om..." Si pemilik mobil mengeluarkan receh Jika dia beruntung  Mungkin lembaran rupiah bergambar pattimura akan disodorkan kepada mereka Seharian penuh Dari fajar mulai menampakkan wujudnya Sampai hari menua Mereka masih saja dengan tingkah yang sama Mengetuk sebuah kaca mobil, lagi, dan lagi Masih dengan kalimat yang sama "Om, lapar Om..." ~IyasCoveRy ----------------------- Sebuah puisi yang bisa teman-teman temukan di web page sebuah komunitas puisi " Rumah Puisi ". Puisi ini saya share dalam chat room group komunitas tersebut. Selamat menyesap habis aksara yang telah saya tuangkan kali ini. credit by : Rumah Puisi

Simpai Kerinduan

Jika merinduimu adalah sebuah kebodohan Maka, aku adalah wujud nyata dari arti bodoh itu Jika mengharapmu adalah sebuah kesia-siaan Maka, aku adalah sosok hidup dari sia-sia itu Tiada hari yang kulewati tanpa menyulam rindu Yang tiada simpul akhir akan kutemui Tiada detik kulalui tanpa melukis harap Yang tiada titik akhir akan usai kugoreskan Tuan, jangan pernah sekalipun kau meminta aku untuk berhenti Sekedar menyandarkan harap semu untuk perjumpaan kita Tuan, jangan pernah sekalipun kau meminang kata usai dariku Sekedar merebahkan dogma tabu untuk perpisahan yang tiada Biarlah aku menikmati sunyi Jika memang tiada niat kau menemani Cukup berikan jeda untuk hidupmu Hanya sekedar mengingat seorang dungu sepertiku

Sebuah Pesan Kecil

Bahagia--sedih Dua rasa yang berseberangan itu sesaat saling melebur Ketika kau mengirimkan sebuah pesan kecil Mengisahkan gundahmu dengan aksara lirih Aku merinduimu Seperti kerinduan malam akan bintang Pun kerinduan loka akan siang Berkali Telah berpuluh kali aku memilih pergi Dari harimu, dari alam pikirmu, dan dari hidupmu Tetapi Saat langkah ini telah bersimpai dengan jarak Panggilmu selalu menuntunku kembali Meleburkan jarak yang telah aku tapaki dengan susah hati Aku bahagia Ketika duka mencumbui harimu Kau selalu datang padaku Aku bahagia Ketika lupa mengakrabi hariku Kau selalu kembali dalam tarian-tarian rindu ~iyasCovery ------------------ Sebuah puisi untuk seorang sahabat yang sayapun tak tahu dimana saat ini dia berpijak. Sebuah puisi yang atau lebih tepatnya sebuah rangkaian kata ngawur untuknya, ketika dia mengirimkan sebuah pesan kecil yang menceritakan keluh kesahnya. Pesan yang datang setelah beberapa hari sebelumnya kami berdua beku dal

Hanya Bisa Merindumu

Masih terdengar jelas tiap detakan jantungmu Yang tanpanya kukira kutakkan bertahan hidup Masih terasa lekat tiap hembusan napasmu Yang tanpanya kukira kutakkan bisa menjaga rantai hidupku Sosokmu tak kukira yang akan menemaniku Mengiri tiap jengkal langkah kakiku Hadirmu tak kusangka yang akan mendampingiku Menyertai tiap hembusan napasku Kau sosok yang punyai arti Dalam nyataku bahkan mimpiku Kau sosok yang miliki ruang Baik dalam hatiku, jiwaku, diriku, dan hidupku Dan, kau adalah tema untuk kukatakan rindu Maka, tak salah Jika aku hanya bisa merindumu ~iyasCoveRy

The Miracle of Sun

Aku ingin seperti matahari, Walaupun keberadaannya tidak pernah ada yang mensyukuri, tapi dia tetap dengan setia akan terbit kembali, berbagi kehangatan sinar yang dia miliki. Aku ingin seperti matahari, Dia mengajarkan nilai kebijakan yang harusnya tiap manusia memiliki, dengan pemikiran yang penuh pertimbangan ia melalui hari, dan dengan kebesaran hati ia menaungi. Aku ingin seperti matahari, Walaupun pekatnya mendung menghalangi, dia akan tetap bisa hadir kembali, menampakan sinar tanpa harap balas budi. Aku ingin seperti matahari, Atas kesetiaan yang dia miliki, terhadap langit ia telah berjanji, menyertai siang tanpa mengenal kata henti. Aku ingin seperti matahari, Yang selalu terbit tanpa dendam menguasai, membawa harap bagi mereka yang meyakini. Aku ingin seperti matahari, Yang mempunyai berjuta semangat untuk melalui hari, tanpa melupakan janji atas titah Ilahi. ---------------- "The Miracle of Sun", adalah salah satu puisi (

Tentang Rasaku

Tentu saja aku tak ingin hidup seperti ini, Hidup dengan segala rasa menghimpit sesak didada, Rasa yang telah aku lupa bagaimana rasa sakitnya, Andaikan kalian semua tahu, Telah lama tentunya aku ingin lepas dari semua ini, Lepas dari segala pengekangan yang awalnya aku bangun dengan tanganku sendiri, Aku mengira semua ini akan baik-baik saja, Sampai suatu ketika aku merasa benar-benar kehilangan kendali atas kehidupanku, Kendali untuk tiap jengkal langkah kakiku, Mungkin kalian ingin tahu, Mengapa aku memilih jalan ini sebagai pelengkap hidupku, Aku hanya ingin semuanya lebih baik untukku, Ya hanya sebatas itu alasan yang bisa aku berikan sebagai pembelaanku, Aku ingin bebas teman, Sungguh… Apakah tak satupun dari kalian yang bisa mengerti hal itu, Aku ingin menjerit, Tapi suara itu hanya akan berakhir dikehampaan, Aku ingin menangis, Tapi air mata itu telah kering sebelum dia mengalir, Aku ingin berontak, Tapi tenagaku hanya akan m

Karena Ini Cinta Kita

Cinta itu bagaikan angin Tak pernah terlihat tapi selalu terasa Cinta itu bagaikan sang surya Tak pernah tergapai tapi selalu menghangatkan Cinta itu bagaikan arah mata angin Tak pernah pasti jaraknya tapi tak pernah terpisahkan Dan,cinta itu adalah KITA Tak pernah tahu kapan dipertemukan tapi telah dipasangkan "Karena Ini Cinta Kita", sebuah puisi yang sebelumnya telah saya publish di sini . ~iyasCoveRy

Sajak Seorang Anak

Pagi ini, Remuk tulang terasa di sekujur badan Memar di setiap inci kulit makin membiru Bekas tapak tangan Ayah masih jelas perihnya Dan, cacian kata sumbang masih mengena jelas di kedalaman jiwa Aku, anaknya Tak lebih hanya seongok daging di matanya Dan dia, sosok setan yang menjelma dalam wujud wanita Yang kini harus kupanggil Ibu Tertawa tanpa malu di setiap pukul yang melayang ke arahku Jiwaku merana Batinku meronta Raga yang telah kukuatkan mulai melemah Apakah harus kuakhiri saja? Dengan menggantungkan tubuh ini pada seutas tali Atau, mungkin dengan memotong jalur nadi di pergelangan kiri "Sajak Seorang Anak", adalah sebuah puisi yang sebelumnya telah saya publish di blog saya yang lainnya, klik di sini apabila teman-teman ingin melihatnya. ~IyasCoveRy