Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Kita adalah kita

Karena kita adalah kita. Kita bukanlah produk masa lalu yang mengalami fiksasi di salah satu fase perkembangan kita, kita bukanlah robot yang hanya bergerak oleh stimulus dari hal-hal di sekitar kita, dan kita bukanlah kumpulan sistem yang bisa bertahan karena adanya pemberian  reinforcement dari orang lain kepada kita. Jika kita dilahirkan dalam keadaan seperti kanvas yang bersih, atau yang lebih dikenal dengan tabula rasa , maka menjadi berwarnanya kita adalah karena kita. Yakni, kita dalam artian penuh sebagai kita yang bebas secara fundamentalis. Maka, jika kita tidak menyukai warna di kanvas yang kita punyai, jangan salahkan dan mengambinghitamkan lingkungan, teman-teman, atau bahkan orang tua kita.  Karena warna apa yang ada di sana, itulah identitas kita, warna yang kita yang pilih--warna yang kita mau. -||-

[Puisi] - Sesederhana itu, Kekasih

Banyak doa yang terucap dari gemingnya suara Banyak harap yang terajut dari pilin gaibnya angan Mencintaimu, kekasih Sesederhana harap untuk membuatkanmu bekal santap siang Sesederhana harap untuk menyelimutimu dari dinginnya malam Pagi adalah jelma doa bagi kita Sapaan hangat darimu adalah cara sempurna hari untuk memelukku Panggilan sayangmu adalah bait terindah pada nyanyian loka Mencintaimu, kekasih Sesederhana ingin untuk mencium punggung tanganmu di pagi yang awal Sesederhana ingin untuk membelai rambutmu di malam yang kantuk Kerja cintaku memang sedikit misterius Kadang aku jabarkan  pada caci nan sumbang Kadang aku utarakan pada hamparan kekecewaan Dan, adakalanya aku selipkan pada kecupku di kedua telaga sendumu Sesederhana itu, kekasih

[Bukan Puisi] - Nama itu Kamu, Kasih

Aku adalah pemimpi berida Hidup dalam buaian bodoh yang sia-sia Mempercayai khayalan yang terlahir dari pemikiran ruang hampa Tetap bertahan pada utas keyakinan yang menyerupai fana Aku adalah penyusun puzzle sejati Berusaha mungkir pada tiap potongan yang kutemui Mencoba mengganti dengan potongan lain yang aku sukai Satu hari, Di musim yang mengembuskan angin utaranya Bertemu aku dengan seorang pengembara Pejalan kaki, sama sepertiku Lama berdiam di persimpangan yang sama, membuat aku dan dirinya bisa menyelami masing-masing palung kami lebih dalam Wujud sederhana itu membuatku jatuh hati ---- Apa lebihnya? Sosok yang telah lama bersemayam dalam diriku bertanya pada satu malam Seperti yang telah lalu, dia selalu sanksi dengan apa yang aku mau Mencoba memutar arah laju mimpi yang berjalan lambat Dia tak mempunyai lebih Jawabku pada akhirnya Dia pucat, penaka rupa dewi malam yang tetap berjaga pada hari yang mulai lahir Dia tak mempun

[Resensi Film] - Analisis Film A Beautiful Mind

Gambar
Source: Google Image Film A Beautiful Mind, adalah film besutan dari sutradara, aktor, sekaligus produser ternama—Ron Howard, yang juga merupakan sutradara yang telah menggarap film-film besar lainnya, seperti The Da Vinci Code, Apollo 13, Angels & Demon, dan masih banyak lagi yang lainnya, yang menurut sumber adalah Inferno yang diadaptasi dari novel best seller dengan judul yang sama karya Dan Brown juga akan disutradarai oleh Ron Howard. A Beautiful Mind sendiri juga merupakan film yang diangkat dari novel biografi yang ditulis oleh Sylvia Nasar. Novel dengan tebal 459 halaman tersebut ditulis oleh Sylvia dengan sangat rinci, dan melibatkan orang-orang dalam hidup Nash untuk dapat diwawancarai sehingga dalam biografi tersebut akan ditemukan pandangan-pandangan terhadap Nash dari berbagai sudut pandang, yang di antaranya adalah saudara Nash (dalam film tokoh ini tidak dimunculkan), teman-teman Nash, teman Alicia (istri Nash), hingga mahasiswa-mahasiswa yang pernah diaj

Jumatulis Season 2 - 01 Pop - Dear Miss Pop

Dear Miss Pop, Rambutmu adalah rangkai indah bunga bakung berwarna baur Sarat dengan halus anak-anak rambut yang menjuntai lunglai Lambai tanganmu pada tiap langkah penaka patahan dahan-dahan nyiur Lengkap dengan jemarimu yang ramping, tak lain adalah jelma dari carang yang gemulai Gerikmu berhasil merampok sukma dari raga yang telah lama terbuang Pun kerjapmu telah dengan pongah membawa aku pergi sejenak dari nyata sebuah fana Aku terjerat olehmu, secara utuh—tak bercerih Miss Pop, Ya, begitu aku mengenalmu Garib memang untuk pertama diucap, namun menenangkan bila diulang tanpa bilangan Jika waktu berkenan memberi jeda untuk tuntutan loka Bisakah kita saling berbincang? Tak akan lama, hanya sejenak Sebilang Kerjapmu Yang Mantra 

#20FactsAboutMe Challenge!

Gambar
Heyho, di pagi yang udah gak pagi ini ik punya niat buat ngejawab tantangan dari temen-temen ik untuk posting #20FactsAboutMe. Sumfeh, demi segala Anemoi  yang masih punya tugas buat ngebawain rindu ik ke brondong ik, ik bingung mikirin 20 fakta tentang ik. Yacudalah yak, yuk kita mulai... Image by:  小雨点 Ik punya obsesi buat pake kacamata dari ik kecil. Dari ik SD, ik selalu nyari cara biar ik bisa pake kacamata. Dari ik baca di tempat-tempat gelap, ngeliat tipi dengan jarak yang deket banget, ngeliat matahari sore dilama-lamain (oke, ik gak tau ini ngefek apa enggak), baca sambil tiduran, dan masih banyak lagi. Kenapa ik pengen pake kacamata? Ya, karena ik mikir orang yang pake kacamata itu keliatan pinter dan jenius, hah! Ik punya jiwa kolektor dari ik kecil pun. Barang-barang yang ik pernah kumpulin itu: batre radio, daun-daun kering yang pas kecil suka dipake mata uang kalo lagi maenan, plastik bekas jajan/snack yang masih mulus, kardus-kardus bekas yang masih oke, dan

[Puisi] - Sua

Pada rindang pohon yang berdiri menua Aku dan mereka duduk bersila—tanpa alas Mengisap habis angin sore yang mengelilingi kami Kami duduk melingkar Membentuk huruf “O” yang tidak sempurna—berantakan Dan saling melempar kata bersama Dia datang, tak lama sebelum pertemuan ini berakhir Dengan seorang temannya saat itu Berjalan berdampingan, kemudian menghampiri kami Untuk mengucap salam Sosoknya jauh dari kata sempurna Mata mudanya tampak sayu Rambutnya tertata, berantakan Ujung bibirnya runcing, tapi terlihat serasi dengan mancung hidung yang menggantung Dan, apa yang dikenakannya menyiratkan usia hidupnya Sederhana, tak ada yang istimewa Tapi, Aku tak tahu kenapa mata ini beberapa kali mencuri pandang ke arahnya Aku mengamatinya Tak meluputkan tiap geriknya dari jangkau pandangku Lakunya halus Beberapa kali kudengar suaranya—syahdu Dan, aku menyukai saat tubuhnya berbahasa Ya, aku menyukainya—sangat Sore yang semakin menua P

[Fiksi] Bintang di Mimpiku

Hei, ada yang beda dengan malam ini, langit kota Jakarta nampak lebih hitam dari malam-malam biasanya. Dengan jelas, bintang-bintang terlihat lebih terang--dan banyak. Milky way  yang biasanya tak pernah sekalipun aku temui, malam ini bahkan terlihat dengan sangat jelas. Aku meyakinkan diri bahwa aku tengah di bawah langit Jakarta, bukan sedang di kampungku atau kota lainnya. Tapi memang benar, aku sungguh-sungguh ada di bawah langit kota yang selama ini menjadi atap tempat tinggalku. Aku tak pandai dengan ilmu perbintangan, namun aku tau dengan pasti bahwa malam ini banyak sekali gugus bintang yang terlihat. Nampaknya ini adalah malam yang sangat langka--sangat. Yang mungkin saja hanya terjadi berpuluh-puluh tahun sekali, seabad sekali, atau bahkan seumur hidup sekali, ya benar--ini hanya terjadi seumur hidupmu sekali. Bayangkan saja, selama aku di Jakarta, baru kali ini aku melihat bintang yang sebegitu banyaknya di langit Jakarta. Tapi tunggu dulu, ada yang berubah. Lihat. Binta

[Fiksi] - Hello Morning #1

Aku berjalan menyusuri koridor yang lengang, langkahku agak gontai dan tergesa. Hanya dengan berbalut piama aku saat ini berada di sebuah rumah sakit, aku menuju ruang operasi di mana salah satu orang yang kukenal baik tengah terbaring dan memperjuangkan nyawanya. Aku melayangkan tatap ke segala penjuru di sekitaran ruang yang saat ini tertutup rapat itu, satu sosok yang tak asing lagi olehku terlihat duduk terkulai lemas. Bergegas aku menghampirinya. Tepat di depanku, dia menengadahkan wajahnya. Tanpa harus mengeluarkan satu kata yang bisa ia suarakan, aku paham betul apa yang saat ini ia pikirkan. Wajah yang telah sekian lama aku kenal itu nampak berbeda dari biasanya, sosok yang kukenal tegar dan tak pernah menghilangkan tawa dari wajahnya, kini seperti wujud yang sangat tak keruan. Kedua matanya sembab dengan menyimpan kesedihan tiada berdasar, air matanya nampak belum kering di kedua pipinya, bibirnya bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi hanya berakhir di keringnya

[Bukan Puisi] - Bolehkah...

Boleh, aku pinjam bahu kekasihmu? Tak akan lama, hanya beberapa saat saja Saat segala dekap pilu terasa lebih baik Maka, aku akan mengembalikannya kepadamu * Boleh, aku pinjam tangan kekasihmu? Pun tak akan lama, hanya sebentar saja Saat segala kerinduan pada belai mulai membaik Aku akan menyerahkannya kepadamu ** Bolehkah lagi aku meminjam kekasihmu? Namun, ini akan sedikit lebih lama Saat segala sepi yang telah lama bergelayut manja pada lengan kehidupanku mulai jenuh menggandengku Maka, akan kukembalikan dia kepadamu—segera ***

Untukmu, darimu

Untukmu, Kemilau terindah di antara para embun fajar Di matamu terpancar cahaya rumah Di mulutmu terkandung kata yang tersirat bunda Di darahmu mengalir doa-doa yang air Untukmu, Pemberi sayap-sayap peri Jadilah musuh yang paling aku benci Jadilah teman yang paling aku butuhkan Meski bendera dari api mengibarkan keagungannya Tetaplah hormat pada sucinya tali kasih Mawar yang merekah adalah kamu Senja yang terindah adalah senyum ikhlasmu Perempuanku, Denganmu aku bahagia Denganmu semua ceria Perempuanku, Jangan serahkan urusanku padaku Sendiri By: Seorang terkasih Adalah sebuah simpai aksara yang dituliskan seorang terkasih yang saat ini menjadi tempat berpulang segala rindu yang aku titipkan kepada Sang Boreas. Padanya masih berotasi segala harap, doa, dan ingin yang kian hari semakin membuncah tak tahu diri. Dan padanya, segenap usia yang tersisa ingin kutujukan hanya untuknya--tak lain.

Sempat Merasai

Aku berbahagia Karena pada satu masa di hidupku, aku dapat mengenalmu Aku berbahagia Karena pada satu saat di malamku, aku pernah menjadi tumpuan harapmu Aku berbahagia Karena pada satu waktu di pagiku, sapaku pernah menghangatkan awal harimu Dan, aku akan selalu berbahagia Karena pada hidupku, aku pernah merasakan sebuah cinta yang agung untukmu Saat malam mulai menengah Kicau kita mengisi kekosongan pada keheningannya Saat pagi mulai lahir Sapa kita turut serta memberi kehangatan pada poktanya loka Dan, saat hari telah temu tua Cerita kita tak pernah alpa untuk merayakannya bersama senja Meski masa cinta yang kuagungkan telah terbujur kaku Dan mati pada sisa rindu-rindu yang kelu Kadang aku masih saja ingin mengulang waktu lalu Untuk sekedar mendengar hangat sapa di antara aku dan kamu Pada pandangmu Mungkin aku tampak menyedihkan Karena tetap menjaga harap yang musykil Tak apa, karena aku akan abai Cinta yang kuagungkan Meski dia

Ini Bukanlah Malam Kita

Ingatkah kamu, pada satu malam saat kita berdua terduduk bersama di sebuah bangku taman—tempat di mana beberapa kali kita menyampaikan rindu yang beranak-pinak. Sesampai kita di sana, kita telah menentukan jarak yang menjadi dinding penghalang untuk kita dapat menautkan jemari yang saling merindu, beberapa saat yang kita habiskan dengan bisu dan diam, dan hanya suara binatang malam yang berdialog penuh gegap. Kamu tahu? Dalam diam yang aku bangun sedari awal, sebenarnya aku tengah membuat pertahan agar segala isi telagaku tak tertumpah di depanmu. Maka dari itu, aku memilih diam dan hanya menampakkan sisi angkuh yang meradang. Meski aku tak menamatkan tatap kedua netra ini ke arahmu, aku cukup bisa merasakan bahwa kala itu, kamu beberapa kali menitikkan air matamu dengan tertahan. Deru napas yang kau mainkan membuat dadaku semakin bergemuruh pilu, dan jika angkuh yang kupunya tak cukup kuat menahan—saat itu, pada detik di mana sulur air matamu terjalin, aku ingin menghapus

Adlerian in July

Setelah satu bulan penuh tidak menghasilkan apa-apa yang berarti untuk sekedar di publish  di laman pribadi ini, akhirnya hibernasi yang sifatnya sementara itu berakhir pada July-- di hari keempat ini. Adlerian, apa yang kalian ketahui tentang Adlerian ini?  Adlerian adalah sebutan untuk mereka-mereka yang menganut atau mengikuti teori Adler dalam mendalami ilmu psikologi. Adler? Siapa Adler? Kenapa harus Adler? Atau, seberapa hebat Adler? Ya, tentu saja pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan bermunculan ketika kita mendengar namanya pertama kali. Adler, atau bernama lengkap Alfred Adler, adalah seorang tokoh psikologi yang mempunyai andil penting dalam perkembangan ilmu psikologi itu sendiri sehingga dapat masih kita rasakan manfaatnya hingga saat ini. Teori-teori yang dia hasilkan kemudian dikenal sebagai Psikologi Individual. Adler yang pada mulanya adalah merupakan anggota dari sekelompok kecil psikolog yang sering mendiskusikan hal-hal yang bersangkutan dengan isu psikolo

Persimpangan Terakhir

Apa yang aku dapat darimu selain dekap kecewa? Apa yang kau dapat dariku selain perih luka? Ucap-ucap kita beku pada gigil siang Asa-asa kita kaku pada sunyi petang Tapi, kita memilih untuk tetap satu meski tak pernah temu sama Derap langkah kaki perpisahan kadang membayangi Tapi untunglah, rekat lengan pertemuan belum pernah gagal mengusirnya Lidah-lidah kita kelu dimakan ngengat waktu Jemari-jemari kita remuk digilas kuasa malu Satu sudut di dalam sana Pada kedalaman ruang anganku Masih ada namamu yang terbujur hampir tak bernyawa Menanti satu pasti dengan digerogoti rayap-rayap jemu Lantas, apa kabar ruang milikmu? Apakah namaku juga dalam sakit yang sama? Ataukah, dia telah dulu lebih lama meregang nyawa? Pada remang pendar rembulan di gelap malam Kita pernah berbicara perihal nasib masing-masing rasa Jika aku tak salah, aku melihat telagamu tumpah Mengiringi tiap kata yang kau ucap dengan makna yang entah Dan itu, membuatku semakin

Penaka Rinduku

Rinduku belai angin sore Menggoyangkan rerumputan di hampar asa-asa yang tersemai Mengoyak dedaunan pada pohon-pohon harap yang mengering Rinduku sentuh lembut seorang Bunda Dengan hangat yang menyergap pada tiap inci raba Memberi ketenangan di tiap ari yang terjamah Rinduku geming bukit kesepian Hening tiada suara doa yang tertinggal Gigil deru pawana mengenaskan Rinduku hangat matahari fajar Membawa asa untuk kembali berlari Di lintas-lintas lorong rindu tanpa tuan ~ @iyasCoveRy

Samakah...

Pernah, kala itu sesama kita menghabiskan waktu untuk berbagi cerita pada pagi dan malam kita pada pejam dan jaga kita pada sunyi dan ramai kita Pernah juga, kala itu sesama kita menautkan kelingking bersama berikrar perihal kesediaan akan saling menjaga untuk menjadi benteng perlindungan bagi lainnya Aku mengira itu akan selamanya atau akan terjaga sampai habis masa kita tapi, sebelum bertemu dunia, dia telah tiada tertelan pada kebisuan yang entah bagaimana bisa ada Hai, kamu masihkah sapamu sehangat tempo lalu? ataukah telah beku layaknya dinding-dinding gua yang berdiri kaku? dan, kiranya--adakah sisa kicau untuk masing-masing kita? sekedar kita bagi jika waktu berkenan agar kita bersua.

Asmaragama

Senja menua, malam kembali muda Pada desir hawa kelam yang dingin Meninggalkan gigil tiada peri Ragaku jatuh pada dekap hangat Gerayah lembut menelusup pada celah kerapuhan Jari dengan belai-belainya bertahta pada kepasrahan Pelan membawaku pergi jauh dari nyatanya rat Kecup hangatnya sekilas membawa damai Menyisakan gigit kecil pada tiap inci yang terjamah Mejelma noda biru pada basah bibir yang disarangkan Aku berharap, Pada kedalaman harap tiada dasar Agar waktu sudi untuk sekedar beku Inginku tak muluk Hanya berharap nikmat tiada batas ini akan tetap terasa Pada tiap inci kulitku Pada tiap hela napasku Pada kedalaman jiwa yang gersang karena lama penantian Pada diri yang telah akrab dengan sepi

Pada Warsa

Pada warsa Yang disambut guyuran hujan tiada jeda Maujud suka dan duka Terlebur pada satu waktu yang kusebut masa Pada purnama ketiga Berakhir semua kisah sepasang tolan Yang terbujur kaku pada beku waktu Pada purnama kesembilan Yang tak kutahu kapan tibanya Sebuah penantian mungkin harus temu binasa Terpaksa tanggal, mati sebelum lahirnya Pada warsa Dua belas purnama akan lahir pada masanya Telah terukir dua kisah sebelum lainnya Sisa sepuluh yang menunggu tuannya Pada warsa Duka dengan senang hati akan mengisimu Tak perlu kau khawatir akan kosong pada waktu-waktu Pada warsa Suka hati dengan canggung akan menyelip di antaranya Tak perlu gundah akan detik-detik yang tiada bahagia Pada simpai detik bertemu dengan detik Melahirkan menit-menit, pada rangkai saat yang mereka sebut hari Lalu, bertemu dengan hari-hari setelahnya Dan menghidupkan purnama-purnama lainnya Ya, dan akan bertemu pada sebuah warsa Kembali, pada war

Jika dan Akankah

Teruntuk kamu, Saat ini Di mana tepatnya kakimu menapak Aku tak tahu Di mana letak pohon yang meneduhimu Aku tak tahu Ke mana arah angin berhembus menyegarkan harimu Aku tak tahu Di mana saat ini arah pandangmu tertumbuk Aku pun tak tahu Ah, sungguh aku tak pernah tahu-menahu Meski hanya satu hal tentangmu Tapi, satu pasti yang akan selalu aku tahu Jika kau adalah satu dari sibiran hidupku Sosok semu yang selalu rela hati mendengarkan kesahku Pada tiap pagimu, siangmu, petangmu, bahkan malammu Tapi, itu dulu Sebelum waktu mulai cemburu terhadapku Sebelum khilaf merenggut yakinmu atas janjiku Sebelum jemu tegur menyelimuti kau dan aku Jika, satu saat nanti Pada suatu petang yang mengakrabi diri sebagai senja Dengan segala keindahan jingga pada tepian cakrawala Adakah satu sempat yang sudi berbesar hati? Sekedar memberi jeda pada waktumu Untuk meneguk secangkir kaku kopi pada beranda kenang dan rindu bersamaku Jika waktu berken

Untitled #1

"Seorang Ibu di tahan karena melakukan penganiayaan kepada anaknya" Aku tak tahu sudah berapa kali berita itu muncul akhir-akhir ini Dunia sudah makin gila nampaknya Anak yang ia kandung kemudian di bunuh Anak yang dulu diharapkan kelahirannya kemudian di nikmati tubuhnya Anak yang dulu di timang kemudian di jual untuk bayar hutang keluarga Dunia Ya, selamat datang ke dunia yang makin buta akan arti kewarasan Selamat bergabung bersama mereka orang-orang yang telah hilang akal ~iyasCoveRy ---------------- credit by : Rumah Puisi